Anda hobi menonton film? Jika menonton film, aspek apakah yang membuat anda tertarik? Apakah jalan cerita, genre, pemain, atau teknik-teknik pengambilan gambarnya? Berbicara soal teknik pengambilan gambar, tentu tidak setiap orang mampu memperhatikannya, mengingat kebanyakan film terutama yang diputar di bioskop, biasanya mempunyai durasi yang panjang.
Namun, jika anda tertarik untuk mencoba membuat film atau dokumentasi video karya sendiri, ada baiknya mulai memperhatikan teknik-teknik pengambilan gambar di film dari sekarang. Berkat perkembangan teknologi, kini film pun bisa dibuat dengan berbagai alat, mulai dari handycam, iPad, tablet, bahkan telepon seluler. Asalkan, sebagai juru kamera otodidak, anda tidak mengabaikan aspek sudut pengambilan gambar agar hasilnya tidak monoton.
Teknik atau aspek pengambilan gambar sangat penting, karena akan berpengaruh pada pesan dan makna yang akan disampaikan melalui film. Sebuah film, seringkali menampilkan karakter dari tokoh yang diperankan. Di sinilah peran juru kamera untuk memperkuat karakter, dengan menentukan sudut pengambilan gambar (camera angle) yang tepat. Ada lima camera angle yang sering digunakan dan masing-masing mempunyai makna berbeda, yaitu teknik Bird Eye View (BEV), High Angle (HA), Eye Level (EL), Low Angle (LA), dan Frog Eye (FE).
Pertama, BEV adalah teknik pengambilan gambar dengan posisi kamera berada di atas ketinggian objek yang direkam. Posisi seperti ini, menghasilkan perekaman lingkungan yang demikian luas dengan beberapa objek kecil dengan sedikit makna. Tujuan, untuk memperlihatkan objek yang lemah dan kurang bermakna. Biasanya juru kamera menggunakan teknik ini untuk memperlihatkan kondisi suatu wilayah, sehingga penonton turut merasakan suasana yang terjadi di wilayah tersebut. Dalam film indie, teknik BEV jarang digunakan. Teknik ini biasanya digunakan dalam peliputan berita penting dan biasanya dilakukan ddengan bantuan helikopter.
Kedua, teknik pengambilan gambar HA yang dilakukan lebih rendah dari BEV. Dalam teknik ini, posisi kamera berada di atas objek. kesan yang ditimbulkan dari teknik ini adalah kesan lemah, tak berdaya, kesendirian dan kesan lain yang mengandung konotasi ‘dilemahkan’ atau ‘dikerdilkan’. Maka, sudut pengambilan gambar HA selalu memojokkan sosok objek.
Ketiga, teknik EL yang menyejajarkan kamera dengan objek. Posisi EL standar dilakukan juru kamera. hasilnya memperlihatkan tangkapan pandangan mata seseorang yang mempunyai ketinggian tubuh sama dengan objek. Teknik EL tidak mengandung pesan tertentu. Kendati begitu, perlu diperhatikan komposisinya agar tetap enak ditonton.
Selanjutnya, teknik LA yang dipakai untuk menampilkan kesan dominan. Biasanya juru kamera mengemas pengambilan gambar dengan teknik LA, diawali dengan camera tilt up (dari bawah ke atas). Jika ingin menampilkan sosok berwibawa, berpengaruh atau berkuasa, teknik pengambilan gambar LA sangat cocok digunakan.
Terakhir, teknik FE yang dilakukan dengan posisi kamera sejajar dengan dasar atau alas tempat kedudukan objek berada. Dengan teknik FE, akan dihasilkan gambar objek yang dramatis. Jika anda ingin menampilkan sosok misterius atau pemandangan aneh, teknik FE sangat cocok digunakan.
Itulah lima camera angle yang dapat anda coba kuasai. Tentunya, setiap sudut pengambilan gambar mempunyai kesan yang berbeda, sehingga setiap scene-nya menghasilkan gambar yang tidak monoton. Bagaimana, mudah bukan?
Oleh : Risca Tresmianti S.
Penulis staf Public Relation Pemasaran dan Sekretariat Pimpinan IT Telkom
No comments:
Post a Comment