Pages

Awas Tipu Daya Go Green!



Istilah Go Green mungkin sudah tidak asing lagi, yakni kegiatan yang menyeru kepada penghijauan dan ramah lingkungan. Namun, istilah-istilah lain yang mencatut green cukup banyak, mulai green energy, green technology, green product, dan lain-lain berembel-embel green. Termasuk greenwashing. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan istilah ini?
Maraknya isu mengenai global warming (pemanasan global) menyulut berbagai kalangan untuk menanggapinya. Kepekaan itu lebih kepada bagaimana cara untuk menyelamatkan bumi dari ancaman pemanasan global. Salah satu caranya dengan melakukan kegiatan yang ramah lingkungan, misalnya menanam pohon, mengurangi penggunaan sumber daya alam (SDA) yang tak dapat diperbaharui, hingga menggunakan kemasan dan produk yang bisa didaur ulang.
Kegiatan-kegiatan tersebut akhirnya dilirik berbagai industri sebagai alat untuk mempromosikan produknya. Industri melihat kegiatan go green sebagai sasaran empuk dalam mempromosikan produknya. Terlebih masyarakat sedang gandrung melakukan kegiatan go green, misalnya lebih baik menggunakan sepeda ketimbang memakai kendaraan bermotor, menggunakan paper bag ketimbang kantong plastic, dan sebagainya. Pun industri mulai menggemborkan bahwa produk yang dihasilkannya diproses dengan sistem go green.
Kian maraknya industri menggunakan konsep promosi go green (green marketing), menimbulkan istilah baru sebagai rentetannya, yakni greenwashing. Menurut beberapa sumber, istilah ini muncul sejak awal tahun 2000-an ketika perusahaan atau korporasi mulai terlibat dalam promosi dan kampanye hijau. Sebenarnya cukup bagus bila kampanye tersebut benar dan faktanya seperti itu dalam hal kegiatannya. Sebab, industri yang dianggap pencipta limbah telah tergerak untuk mengantisipasinya dan berubah menjadi ramah lingkungan. Bila itu hanya embel-embel atau strategi marketing saja bagaimana? Maka timbulah istilah greenwashing.
Dalam kamus Oxford, tak ditemukan istilah tersebut, karena merupakan plesetan dari whitewashing. Istilah tersebut memiliki arti tindakan untuk menyembunyikan fakta yang tak menyenangkan. Sehingga greenwashing diartikan perusahaan memberi kesan pada konsumennya bahwa mereka ikut peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup. Padahal itu tidak terjadi dan hanya sebuah strategi untuk menarik konsumen.
Sumber lain mengatakan, greenwashing dilakukan sebuah perusahaan dalam rangka mengangkat branding dan citra perusahaan agar mengesankannya sebagai perusahaan yang mendukung kegiatan go green, melakukan kegiatan-kegiatan penghijauan atau seolah-olah produk yang dihasilkannya ramah lingkungan, sehingga ia dapat meraup keuntungan besar karena produknya laris manis di pasaran.
Ini karena sekarang masyarakat mulai menyadari betapa pentingnya menjaga bumi agar tetap nyaman. Bahkan menurut beberapa penelitian, konsumen saat ini sudah mulai menimbang manfaat dan efek saat membeli sebuah produk, tidak melihat harga semata. Salah satu pertimbangannya yakni apakah barang yang dibeli diproses dengan metode ramah lingkungan, apakah terbuat dari bahan yang mudah terurai dan tidak menjadi sampah yang kekal, hingga persoalan lain yang bertentangan dengan konsep go green. Soal harga dinomorduakan untuk kalangan tersebut.
Tentunya konsumen yang bersifat demikian melihatnya dari iklan dan promosi yang dilakukan produsen. Bila ternyata hal itu hanya sekadar iklan, tentu cukup mengecewakan konsumen. Oleh sebab itu, calon konsumen harus diedukasi agar tak tertipu buaian manis atau janji-janji palsu ihwal pelestarian lingkungan, produk ramah lingkungan, hingga pembuatan produk dengan proses ramah lingkungan. Selain itu, tentu saja, akan tercipta ilusi atau pencitraan yang tak benar.
Namun, bukan berarti fenomena greenwashing akan berhenti. Semua kembali lagi pada konsumen, tindakan apa yang akan dilakukan demi menjaga kelestarian lingkungan hidup adalah hal terpenting. Bagaimana menjaga lingkungan, melakukan kegiatan ramah lingkungan, dan yang terpenting menjaga keseimbangan. (dari berbagai sumber)

No comments:

Post a Comment