Andrew Darwis – Chairman of Technology Officer (CTO) Kaskus, Foto By Kefas Sendy Wong |
Tahun 1999, Andrew yang sedang kuliah di Seattle-Amerika mendapat tugas kuliah membuat website. Namun bukan website pribadi yang dibuatnya, melainkan website yang berisi berita-berita dari Indonesia. Alhasil, website-nya pun menjadi ajang ngumpul sejumlah mahasiswa Indonesia yang kuliah di Negeri Paman Sam seperti dirinya.
“Waktu itu saya ditugaskan membuat blog pribadi. Tapi karena tidak ingin membuat website pribadi, akhirnya saya memilih untuk membuat website yang berisi berita-berita dari Indonesia,” ungkapnya.
Forum Kaskus yang dibuat pria kelahiran Jakarta, 20 Juli 1979 ini awalnya sebagai wadah para mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri agar dapat berkumpul dan berdiskusi di dunia maya. “Jadi, bisa digunakan sebagai sarana untuk melepas rindu mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Amerika,” lanjut Andrew.
Kaskus yang berasal dari kata “Kasak-Kusuk” dibuat alumnus Multimedia & Web Design Art Institute of Seattle ini dengan hanya bermodal USD 7 untuk biaya domainnya. Namun dalam tiga bulan, Kaskus semakin ramai dikunjungi dan penggunanya terus bertambah. Bahkan tak sedikit orang menggunakan Kaskus untuk berjualan. Andrew pun harus mengurus media forum dunia maya ini sendiri, karena dua rekan yang membantunya mengurus Kaskus memutuskan hengkang.
Selain mengurus Kaskus, Andrew pernah berkarir di Lyrics.com dan ThorLoki Web Developer. Namun tahun 2008, anak kedua dari empat bersaudara ini diajak kembali ke Indonesia untuk membesarkan Kaskus. “Saudara saya, Ken Dean, yang kini menjadi CEO Kaskus mengajak saya kembali ke Indonesia dan membesarkan Kaskus. Akhirnya, Kaskus menjadi sebuah perusahaan tahun 2008. Kaskus kemudian melakukan rebranding yang diharapkan dapat menjadi tempat untuk berbagi informasi dan siapapun bebas untuk berbicara di dalamnya,” lanjut pria yang melanjutkan kuliah di bidang Computer Science di Seattle University.
Kini, Kaskus telah menjadi website forum terbesar di Indonesia. Tak hanya berdiskusi, banyak yang menggunakannya untuk media bersosialisasi, berpromosi, dan jual beli. Ada kebanggaan tersendiri yang dirasakan Andrew. Pasalnya, Kaskus telah berkembang dari sekadar tugas biasa dengan ide sederhana menjadi media yang memiliki manfaat besar bagi orang lain. Ia pun terpacu untuk terus mengembangkan Kaskus lebih baik.
“Saya melihat banyak orang yang kemudian menggunakan Kaskus sebagai tempat berjualan dan menjadi sumber mata pencaharian. Oleh karena itu, saya merasa harus benar-benar membuat Kaskus lebih baik dan bisa bermanfaat untuk banyak orang,” tutur pria yang menghabiskan SD dan SMP-nya di Tarakanita Pluit, Jakarta ini.
Sebagai bentuk konkretnya, Kaskus selalu berinovasi untuk mempertahankan keunikan dan kekhasan para anggotanya. Kaskus juga baru dimigrasikan dengan menggunakan mesin dan desain yang dibuat tim developer Kaskus. Tentu saja sistem keamanannya pun sudah dipersiapkan dengan seksama.
“Kaskus tetap mengutamakan konten lokal dan unik khas Kaskus. Kami pun memiliki beberapa program offline yang mempertemukan para komunitas di Kaskus, sehingga keakraban yang terjalin tak hanya di online,” pungkas alumnus SMA Gandhi Memorial School Ancol, Jakarta ini.
Intinya, berkarya tidak perlu modal besar, yang penting bermanfaat, karena sesuatu yang bermanfaat pasti akan memikat.
sumber : CYBER - dinamikakomunika.com
No comments:
Post a Comment