Indonesia masuk dalam jajaran pengguna social media terbanyak di dunia. Untuk Facebook, Indonesia merupakan pengguna keempat terbesar di dunia, sedangkan Twitter masuk dalam posisi pertama. Banyak pakar memprediksi, ke depan penggunaan social media masih akan terus membesar dan berkembang seiring dengan fasilitas jaringan internet yang kian membaik.
Salah satu yang membuat pesat perkembangan social media di Indonesia adalah kondisi masyarakatnya yang gampang terprovokasi. “Indonesia memiliki masyarakat yang cepat terprovokasi dan latah. Kalau orang lain punya sesuatu, dia juga harus memilikinya. Maka di Indonesia, cukup cepat perkembangan new media, terutama social media seperti Facebook dan Twitter,” kata dosen Sekolah Komunikasi dan Multimedia (SKM) Institut Manajemen Telkom (IM Telkom), Imansyah Lubis, S.Sos, M.Sn.
Dengan beragam dampak negatifnya, new media menyimpan sejuta manfaat yang dapat mendorong pertumbuhan Indonesia. Menurut Staf Ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Bidang Komunikasi dan Media, Dr. Henry Subiakto, MA, sejatinya teknologi tumbuh untuk memudahkan manusia dalam berbagai aktivitas. “Teknologi tak mungkin dihambat. Secara natural, teknologi mempermudah kehidupan kita. Kalau bisa beli barang secara online dengan harga sama, kenapa harus datang ke toko dan mengeluarkan biaya lebih mahal? Memang harus hati-hati, karena transaksi di dunia maya rentan penipuan,” ungkap Henry.
Banyak manfaat dapat dipetik dari berkembangnya social media. Cerita sukses berbisnis melalui social media sudah tak asing lagi di telinga. Bahkan saat ini berkembang berbagai portal penyedia bisnis online seperti Kaskus, Berniaga, Toko Bagus, dan masih banyak lainnya. Dilihat dari sisi bisnis, new media cukup berjasa, terutama dalam pemasaran.
Dahulu anggaran terbesar industri atau perusahaan setelah ongkos produksi adalah pemasaran. Setelah berkembangnya new media, pemasaran jadi teramat murah jika dapat mengoptimalkannya. “Tidak sedikit bisnis dijalankan melalui social media, karena hampir semua marketing sekarang menggunakan social media. Social media dipandang sebagai media masa depan, sementara media lain sudah dianggap sunset media,” ujar Henry.
Ranah sosial pun turut merasakan manfaat social media. Berkat bantuan social media, komunikasi bisa kembali terjalin dengan teman, rekan, dan kerabat yang sudah puluhan tahun tak pernah berhubungan. Ini bagian kecil saja dari sederet fenomena sosial lain yang tumbuh marak berkat dukungan social media. “Dalam konteks tertentu, social media mengurangi aktivitas pertemuan akibat fasilitas teknologi yang semakin mumpuni. Tapi sisi lain sangat membantu hubungan sosial dengan sesama, terutama dengan rekan jauh,” sebut Henry.
Dunia politik pun turut kecipratan untung dari perkembangan social media. Banyak politikus naik ke panggung kekuasaan berkat jasa social media. Presiden Amerika Serikat Barrack Obama misalnya, yang berhasil menggunakan Twitter untuk kampanye dan propaganda sewaktu pemilihan presiden negara adidaya itu.
Henry menjelaskan, “Boleh dibilang, Jokowi memenangkan pemilihan gubernur DKI Jakarta karena hampir sebagian besar didukung social media. Sudah ada metamorfosis dalam dunia politik. Dulu komunikasi politik menggunakan media massa dan kader. Sekarang mesin partai politik tidak selalu bisa membuat partai besar, tetapi yang bisa membuat besar adalah masyarakat sendiri. Jika masyarakat tersentuh untuk mau ikut berpartisipasi, dia menjadi mesin sukarelawan dari partai atau tokoh-tokoh politik saat maju dalam pemilu.”
Tak hanya itu, social media juga dapat difungsikan sebagai media pembelajaran (edukasi), informasi, dan lain-lain. Inilah kedahsyatan social media yang mampu mempermudah dan membantu berbagai kegiatan. “Lewat Kaskus, orang bisa berdiskusi dan sharing, bisa membentuk komunitas sesuai dengan minatnya, dan terlebih bisa mendapatkan penghasilan,” tambah Chairman of Technology Officer (CTO) PT Darta Media Indonesia yang menaungi portal social media Kaskus, Andrew Darwis.
Pentingnya Social Media Literacy
Namun tak sedikit dampak negatif yang mengancam di balik new media, sehingga butuh filter yang mampu memilah informasi dalam new media. Beberapa tahun belakangan berkembang wacana melek media atau media literacy dimana seseorang harus mampu memilah dan memilih informasi baik atau buruk yang datang dari media massa. Media literacy berperan memberikan filter terhadap keseluruhan informasi agar audiens tidak mengkonsumsinya mentah-mentah. Maklum, tak semua media memberikan informasi positif dan menyehatkan.
Social media pun membutuhkan literacy, sebab pesan serta informasi di dalamnya tak semua layak dikonsumsi langsung. Ada informasi untuk kalangan menengah ke bawah, ada untuk menengah ke atas, ada untuk anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua, serta ada pula yang bisa dikonsumsi semua kalangan.
“Teknologi harus selalu disertai dengan kemampuan literacy agar masyarakat dapat memilih mana yang baik dan buruk. Social media juga harus ada social media literacy. Saya percaya betul teknologi menciptakan kondisi liberal di masyarakat, dan masyarakat yang menggunakannya secara tidak langsung dan tidak sadar telah masuk ke liberalisme,” tutur Henry.
Lebih dari itu, menurut Imansyah, pemahaman akan social media harus sudah ditanamkan pada siswa-siswi sekolah, karena yang gampang terprovokasi adalah pelajar yang masih labil kondisinya. “Seharusnya pemahaman new media dan media literacy diajarkan kepada pelajar sekolah sehingga filter dalam diri mereka tertanam sejak dini. Fungsi utamanya untuk menyortir konten yang tidak baik atau memilah mana yang dapat dikonsumsi dan mana yang harus dihindari. Tidak semua informasi sesuai dengan budaya kita dan dapat diaplikasikan di Indonesia,” tegas Imansyah.
Secara keseluruhan, new media memberikan manfaat cukup besar. Dengan new media, seseorang dapat berselancar menjelajahi informasi dan membuka wawasan tentang dunia luar. Perihal penggunaannya untuk kepentingan baik atau buruk, terpulang kembali semuanya pada Anda sebagai pengguna.
sumber : CYBER - www.dinamikakomunika.com
No comments:
Post a Comment